Selasa, 15 Februari 2011

Masih ingatkah teman-teman dengan kisah mukjizat Nabi Musa yang membelah laut merah dengan tongkatnya? Jika salah satu diantara teman-teman yang menganggap kisah tersebut hanya merupakan dongeng belaka, sekarang mari kita simak tulisan yang saya uraikan dibawah ini.

Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar laut merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam dilautan tsb saat digunakan untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.

Menurut pengakuannya, selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda ditempat yang sama.

Temuan ini tentunya semakin memperkuat dugaan bahwa sisa2 tulang belulang itu merupakan bagian dari kerangka para bala tentara Pharaoh yang tenggelam di laut Merah. Apalagi dari hasil pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam, dimana menurut sejarah,kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.

poros roda dari salah satu kereta kuda

Selain itu, ada suatu benda menarik yang juga berhasil ditemukan, yaitu poros roda dari salah satu kereta kuda yang kini keseluruhannya telah tertutup oleh batu karang, sehingga untuk saat ini bentuk aslinya sangat sulit untuk dilihat secara jelas. Mungkin Allah sengaja melindungi benda ini untuk menunjukkan kepada kita semua bahwa mukjizat yang diturunkan kepada Nabi2-Nya merupakan suatu hal yang nyata dan bukan merupakan cerita karangan belaka. Diantara beberapa bangkai kereta tadi, ditemukan pula sebuah roda dengan 4 buah jeruji yang terbuat dari emas. Sepertinya, inilah sisa dari roda kereta kuda yang ditunggangi oleh Pharaoh sang raja.

Sekarang mari kita perhatikan gambar dibawah, Pada bagian peta yang dilingkari (lingkaran merah), menurut para ahli kira-kira disitulah lokasi dimana Nabi Musa bersama para kaumnya menyebrangi laut Merah. Lokasi penyeberangan diperkirakan berada di Teluk Aqaba di Nuweiba. Kedalaman maksimum perairan di sekitar lokasi penyeberangan adalah 800 meter di sisi ke arah Mesir dan 900 meter di sisi ke arah Arab. Sementara itu di sisi utara dan selatan lintasan penyeberangan (garis merah) kedalamannya mencapai 1500 meter. Kemiringan laut dari Nuweiba ke arah Teluk Aqaba sekitar 1/14 atau 4 derajat, sementara itu dari Teluk Nuweiba ke arah daratan Arab sekitar 1/10 atau 6 derajat

Diperkirakan jarak antara Nuweiba ke Arab sekitar 1800 meter.Lebar lintasan Laut Merah yang terbelah diperkirakan 900 meter. Dapatkah kita membayangkan berapa gaya yang diperlukan untuk dapat membelah air laut hingga memiliki lebar lintasan 900 meter dengan jarak 1800 meter pada kedalaman perairan yang rata2 mencapai ratusan meter untuk waktu yang cukup lama, mengingat pengikut Nabi Musa yang menurut sejarah berjumlah ribuan? (menurut tulisan lain diperkirakan jaraknya mencapai 7 km, dengan jumlah pengikut Nabi Musa sekitar 600.000 orang dan waktu yang ditempuh untuk menyeberang sekitar 4 jam).

Menurut sebuah perhitungan, diperkirakan diperlukan tekanan (gaya per satuan luas) sebesar 2.800.000 Newton/m2 atau setara dengan tekanan yang kita terima Jika menyelam di laut hingga kedalaman 280 meter. Jika kita kaitkan dengan kecepatan angin,menurut beberapa perhitungan, setidaknya diperlukan hembusan angin dengan kecepatan konstan 30 meter/detik (108 km/jam) sepanjang malam untuk dapat membelah dan mempertahankan belahan air laut tersebut dalam jangka waktu 4 jam!!! sungguh luar biasa, Allah Maha Besar.

Sabtu, 12 Februari 2011


Jagalah Allah, Niscaya Dia Menjaga Kamu – eramuslim


Seorang teman bercerita tentang indahnya penjagaan Allah. Temanku ini merasakan bahwa orang-orang disekelilingnya diberikan ilham oleh Allah untuk menjaganya dari perbuatan yang tidak membawa manfaat.
Dia bercerita bahwa seringkali teman kantornya mengingatkannya untuk shalat di tengah sibuknya pekerjaan. Selain itu, beberapa kali dia terselamatkan dari memakan makanan haram karena ada yang mengingatkannya. Seorang pelayan toko pernah menolak keinginan temanku ini untuk membeli nasi goreng yang ternyata bercampur daging haram dan di suatu pesta, seorang ibu mengingatkannya untuk tidak memakan suatu hidangan yang juga ternyata tidak halal.
Dia percaya bahwa penjagaan Allah bukanlah suatu peristiwa eksklusif milik para Nabi dan orang-orang shalih, tetapi merupakan milik kita yang benar-benar mengusahakannya.
Temanku meyakini konsep penjagaan Allah yang ditemukan dalam salah satu hadis shahih yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad. Ibnu Abbas ra berkata saya pernah berada di belakang Rasulullah SAW, maka beliau bersabda „hai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat: jagalah Allah, niscaya Dia menjaga kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu mendapatinya di hadapanmu. Apabila kamu meminta (sesuatu) mintalah kepada Allah. Apabila kamu meminta pertolongan, minta tolonglah kepada Allah.
Dan ketahuilah, bahwa andaikan seluruh umat manusia berhimpun untuk memberimu suatu manfaat, niscaya mereka tidak akan bisa memberimu manfaat apa pun, kecuali suatu manfaat yang telah ditentukan Allah untukmu. Dan andaikan mereka berhimpun untuk mencelakaimu dengan sesuatu, niscaya mereka tidak akan bisa mencelakaimu sedikit pun, kecuali hal itu memang sudah ditentukan Allah atasmu. Pena-pena telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering“.
A’idh bin Abdullah Al-Qarni dalam bukunya Agar Dijaga Allah-Jurus Meraih Kesaktian Ilahi (Ihfazhillah Yahfazka) menuliskan bahwa kita dapat mengusahakan penjagaan Allah dengan bertakwa; meninggalkan apa yang Allah benci dan melakukan apa yang Allah perintahkan.
Menurut A’idh bin Abdullah Al-Qarni, cara konkrit yang kita bisa lakukan untuk menjaga Allah adalah menjaga shalat dan menjaga anggota tubuh seperti hati, lidah, telinga, mata dan perut dari perbuatan yang tidak membawa manfaat akan mendekatkan kita dengan penjagaan Allah. Menunaikan shalat tepat waktu, khusyuk dan berjamaah, menjaga hati dari riya, takabur, syirik, nifaq, menjaga perkataan adalah contoh-contoh usaha yang dapat kita lakukan untuk menjaga Allah.
Sebagai ganti dari usaha kita menjaga Allah, Allah akan menjaga agama dan hati kita. Sangat mudah bagi Allah untuk menggerakkan orang-orang di sekeliling kita untuk menjadi pengingat dan penjaga di kala kita lengah dalam urusan agama kita. Sangat mudah juga bagi Allah untuk memelihara kita di segala urusan dunia kita, menghindarkan kita dari segala bencana dan mempermudah segala urusan kita. Dan teramat mudah bagi Allah, untuk menundukkan makhluk-makhluk-Nya untuk membantu hamba yang menjagaNya.
Cerita Shilah bin Asyim di Khurasan, seorang ahli ibadah sekaligus seorang prajurit di bawah pimpinan Qutaibah bin Muslim, dapat menjadi ilustrasi betapa penjagaan Allah meliputi segala sesuatu. Dikisahkan Shilah memiliki kebiasaan untuk menunaikan shalat sunnah di kala semua orang tertidur. Setiap malamnya, dia shalat di tengah rimbunan semak di dekat pasukannya berkemah.
Suatu ketika, ketika Shilah sedang shalat, datanglah seekor singa. Shilah tetap meneruskan shalatnya walaupun singa tersebut mengancam keselamatannya. Dengan tenang, Shilah menyelesaikan shalat dua rakaatnya. Seusai shalatnya, Shilah menengok ke singa itu berujar lantang „Hai singa, jika kamu diperintahkan membunuhku dan memakanku, maka bunuhlah aku dan makanlah aku. Aku tidak membawa senjata apa pun, kecuali penjagaan Allah Taala. Tapi kalau kamu diperintahkan membunuhku, dan tidak pula diizinkan, maka pergilah dan biarkan aku meneruskan shalat“. Dengan izin Allah, singa itu pergi meninggalkan Shilah tanpa melukainya sedikitpun.
Cerita Shilah mungkin saja terjadi di kehidupan kita dalam bentuk lain. Di tengah kesusahan hidup yang kita alami, Allah bisa dengan mudah mengirimkan pertolongan melalui orang-orang di sekeliling kita atau dengan cara yang tidak disangka-sangka. Harga yang harus kita bayar untuk pertolongan dan perlindungan Allah tidaklah mahal. Hanya bermodalkan ketekunan untuk bertakwa, maka Allah akan menjaga kita.